Home Teknologi Para astronom mencari lubang hitam supermasif biner di pusat galaksi

Para astronom mencari lubang hitam supermasif biner di pusat galaksi

27
0

Lubang hitam supermasif diyakini ada di pusat sebagian besar galaksi, termasuk Bima Sakti kita. Namun, dalam kasus tertentu, dua lubang hitam tersebut diperkirakan mengorbit satu sama lain, membentuk sistem biner. Pasangan yang terikat secara gravitasi ini dapat memberikan wawasan yang signifikan tentang dinamika pembentukan galaksi dan perilaku ruang-waktu. Namun, mendeteksinya menghadirkan tantangan karena sifatnya, karena tidak dapat diamati secara langsung menggunakan teleskop tradisional.

Gelombang Gravitasi dan Tabrakan Galaksi

Menurut penelitian, seperti dilansir dari The Conversation, lubang hitam biner dapat terbentuk ketika galaksi bergabung. Selama tabrakan seperti itu, lubang hitam dari galaksi yang bergabung dibawa lebih dekat oleh gaya gravitasi. Akhirnya, mereka dapat menciptakan sistem biner sebelum bergabung menjadi satu lubang hitam yang lebih besar selama jutaan tahun.

Sistem ini memancarkan gelombang gravitasi, riak dalam ruang-waktu yang diprediksi oleh teori relativitas umum Albert Einstein. Observatorium seperti Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) mendeteksi gelombang ini, meskipun menentukan biner individu tetap sulit dipahami.

Bukti dari Inti Galaksi Aktif

Para peneliti telah mengidentifikasi sistem lubang hitam biner potensial di galaksi aktif, PG 1553+153, seperti yang dilaporkan oleh The Conversation. Pengamatan telah mengungkapkan variasi cahaya periodik kira-kira setiap 2,2 tahun, yang dapat mengindikasikan adanya dua lubang hitam yang mengorbit.

Inti galaksi aktif, yang memancarkan energi besar karena akresi gas, sering menampilkan pola siklus seperti itu. Pola-pola ini, bagaimanapun, mungkin juga disebabkan oleh fenomena lain seperti goyangan jet, yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Data dan Temuan Historis

Seperti dilansir oleh The Conversation, mereka menggunakan data arsip yang mencakup lebih dari satu abad, pola variasi cahaya sekunder 20 tahun diidentifikasi di PG 1553+153. Bukti tambahan ini mendukung hipotesis lubang hitam biner, menunjukkan sistem ini mencakup dua lubang hitam dengan massa dalam rasio 2,5:1. Konfirmasi akhir, bagaimanapun, mungkin bergantung pada kemajuan dalam susunan waktu pulsar untuk mendeteksi gelombang gravitasi tertentu.

Studi ini menyoroti bagaimana data historis dan simulasi modern berkontribusi untuk memahami peristiwa kosmik yang kompleks. Temuan ini memajukan pengetahuan tentang evolusi galaksi dan perilaku lubang hitam, dengan peningkatan teknologi di masa depan diharapkan dapat menyempurnakan penemuan ini.

Sumber