Home Teknologi Kelelawar noctule umum menggunakan angin hangat untuk bermigrasi lebih dari 1000 km...

Kelelawar noctule umum menggunakan angin hangat untuk bermigrasi lebih dari 1000 km melintasi Eropa, Studi Klaim

27
0

Upaya pelacakan baru-baru ini telah mengungkap bagaimana kelelawar noctule umum, spesies yang mampu menempuh jarak lebih dari 1.000 kilometer dalam beberapa hari, mengadaptasi pola migrasinya. Dengan menggunakan pemancar kecil dan data lingkungan, para peneliti telah merinci fleksibilitas yang ditampilkan kelelawar ini selama migrasi musiman. Studi ini menyoroti ketergantungan mereka pada angin penarik untuk melintasi jarak yang jauh di seluruh Eropa, mengungkapkan strategi migrasi yang lebih dinamis daripada yang dipahami sebelumnya.

Teknologi Inovatif Melacak Rute Migrasi

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science, para peneliti dari Max Planck Institute of Animal Behavior menggunakan sensor 1 gram yang melekat pada kelelawar menggunakan lem bedah sementara. Perangkat ini merekam data seperti akselerasi dan suhu, mentransmisikan ringkasan harian.

Meskipun rencana awal untuk menggunakan Stasiun Luar Angkasa Internasional untuk transmisi data dihentikan, jaringan sensor berbasis darat yang saling berhubungan menyediakan kemampuan pelacakan yang diperlukan. Data dari 71 dari 125 kelelawar yang ditandai menunjukkan rute migrasi yang bervariasi, dengan kecepatan berkisar antara 13 dan 43 meter per detik dan penerbangan meluas hingga 383 kilometer dalam satu malam.

Isyarat Lingkungan Mempengaruhi Waktu

Studi ini mengintegrasikan data cuaca, termasuk kecepatan angin, arah, dan suhu, untuk menentukan bagaimana kondisi lingkungan memengaruhi waktu migrasi. Ditemukan bahwa kelelawar menyesuaikan keberangkatan mereka, selaras dengan kondisi pemanasan untuk “berselancar” arus udara menjelang front cuaca. Strategi adaptif ini memungkinkan mereka menghemat energi sekaligus memaksimalkan efisiensi perjalanan.

Aplikasi Konservasi Potensial

Temuan ini dapat membantu dalam pengembangan strategi konservasi, terutama dalam mengurangi kematian kelelawar yang disebabkan oleh turbin angin. Edward Hurme, seorang ahli ekologi perilaku di Max Planck Institute, mengatakan kepada Science.org bahwa potensi untuk memprediksi pola migrasi dan menyesuaikan operasi turbin untuk meminimalkan risiko. Charlotte Roemer, seorang ahli biologi konservasi yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mencatat kepada publikasi bahwa teknologi tersebut menjanjikan untuk merevolusi penelitian migrasi dan menjawab pertanyaan lama tentang perilaku kelelawar.

Laporan juga telah mengaitkan perilaku serupa dengan spesies kelelawar lainnya, seperti pipistrelle Nathusius, menunjukkan bahwa arus udara hangat memainkan peran penting dalam meningkatkan kecepatan dan efisiensi migrasi.

Sumber