Home Teknologi Superkomputer Tercepat ke-2 di Dunia Mensimulasikan Model Evolusi Terbesar di Alam Semesta

Superkomputer Tercepat ke-2 di Dunia Mensimulasikan Model Evolusi Terbesar di Alam Semesta

32
0

superkomputer tercepat kedua di dunia, Frontier, telah berhasil melakukan simulasi alam semesta paling ekstensif yang pernah dibuat, sesuai laporan. Proyek yang dipimpin oleh Salman Habib, Direktur Divisi Ilmu Komputasi di Laboratorium Nasional Argonne, dilakukan untuk menguji model hidrodinamika kosmologis. Simulasi ini dikembangkan menggunakan Hardware/Hybrid Accelerated Cosmology Code (HACC), yang telah diadaptasi untuk digunakan pada beberapa superkomputer paling canggih yang tersedia.

Sesuai informasi yang dibagikan oleh AMD dalam siaran pers, Frontier mampu memproses hingga 1,1 exaFLOPS, setara dengan 1,1 kuintillion operasi per detik. Sistem ini mengintegrasikan 9.472 CPU AMD dan 37.888 GPU AMD, menjadikannya salah satu mesin tercanggih secara global. Laporan menunjukkan bahwa kemampuan ini baru saja dilampaui oleh superkomputer lain, El Capitan, yang mencapai kecepatan pemrosesan 1.742 exaFLOPS di Laboratorium Nasional Lawrence Livermore.

Pengembangan Simulasi Kosmologis

Kode HACC, yang awalnya dikembangkan lebih dari satu dekade yang lalu, mensimulasikan evolusi alam semesta. Sebelumnya telah digunakan pada sistem yang kurang kuat seperti Titan dan Summit, di mana simulasi terutama berfokus pada gaya gravitasi. Namun, Frontier memungkinkan dimasukkannya faktor-faktor tambahan seperti gas panas, pembentukan bintang, dan aktivitas lubang hitam. Bronson Messer, Direktur Sains di Oak Ridge Leadership Computing Facility, berkomentar dalam sebuah pernyataan bahwa dimasukkannya baryon dan fisika dinamis menandai kemajuan yang signifikan dalam realisme simulasi ini.

Aplikasi dan Implikasi Ilmiah

Sesuai laporan, simulasi akan tersedia bagi komunitas ilmiah untuk menguji dan menyempurnakan model kosmologis. Ini termasuk pertanyaan seputar materi gelap, energi gelap, dan teori gravitasi alternatif. Penelitian ini sejalan dengan proyek ExaSky Departemen Energi, inisiatif senilai $1,8 miliar yang mendukung komputasi exascale untuk penelitian astrofisika.

Kabarnya, temuan penelitian, diantisipasi, akan dibandingkan dengan data dari survei astronomi skala besar, seperti yang dilakukan oleh Observatorium Vera C. Rubin, untuk mengidentifikasi model yang paling selaras dengan fenomena yang dapat diamati.

Sumber