Beruang kutub di Alaska menghadapi semakin banyak patogen karena iklim yang memanas, seperti yang terungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di PLOS ONE pada 23 Oktober. Penelitian menunjukkan bahwa patogen yang sebelumnya tidak dapat bertahan hidup dalam kondisi Arktik sekarang bertahan di lingkungan ini. Hal ini diyakini sebagai konsekuensi dari perubahan cepat yang disebabkan oleh pergeseran iklim. Temuan ini menyoroti peningkatan yang signifikan dalam paparan di antara beruang kutub terhadap virus, bakteri, dan parasit, menimbulkan ancaman baru bagi populasi mereka yang sudah rentan.
Paparan Patogen di Wilayah Laut Chukchi
Menurut penelitian, sampel darah yang dikumpulkan dari 232 beruang kutub di Laut Chukchi antara 2008 dan 2017 dibandingkan dengan sampel dari 115 beruang yang disurvei antara 1987 dan 1994. Analisis ini mengungkapkan peningkatan yang nyata dalam antibodi untuk patogen seperti Neospora caninum dan bakteri yang menyebabkan brucellosis dan tularemia. Paparan Toxoplasma gondii, parasit yang terkait dengan kucing, meningkat dari 2 persen menjadi 14 persen, sementara antibodi untuk virus distemper anjing juga lebih sering terdeteksi.
Ahli biologi satwa liar Dr Karyn Rode dari Survei Geologi AS, yang berkontribusi pada penelitian ini, menjelaskan dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada Science.org bahwa suhu yang menghangat memungkinkan patogen untuk menyusup ke daerah yang sebelumnya tidak ramah bagi mereka. Fenomena ini sangat jelas di Laut Chukchi, di mana beruang kutub telah dipaksa untuk beradaptasi dengan berkurangnya es laut dengan menghabiskan waktu yang lama di darat, sering bersentuhan dengan aktivitas manusia dan limbah.
Implikasi untuk Rantai Makanan Arktik
Studi ini juga memeriksa penanda kimia pada rambut beruang kutub untuk menilai pola makan mereka, yang mengungkapkan hubungan antara konsumsi mangsa dan paparan patogen. Temuan menunjukkan bahwa seluruh rantai makanan Arktik, termasuk spesies seperti anjing laut cincin, dapat terpengaruh.
Kekhawatiran diajukan tentang potensi risiko bagi manusia yang mengandalkan makanan subsisten yang melibatkan beruang kutub, menurut sumber. Dr Rode mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana patogen ini dapat mempengaruhi spesies lain dan komunitas manusia di wilayah tersebut dalam pernyataan lain.
Ahli ekologi penyakit satwa liar Dr Andy Dobson dari Universitas Princeton juga berkomentar bahwa meskipun penelitian ini menyajikan wawasan yang menarik, data tambahan dari seluruh rentang populasi akan diperlukan untuk hasil yang meyakinkan.
Untuk berita dan ulasan teknologi terbaru, ikuti Gadgets 360 di X, Facebook, WhatsApp, Utas dan Google Berita. Untuk video terbaru tentang gadget dan teknologi, berlangganan saluran YouTube kami. Jika Anda ingin tahu segalanya tentang influencer top, ikuti Who’sThat360 internal kami di Instagram dan YouTube.

Kacamata Pintar Samsung Akan Diluncurkan Bersama Seri Galaxy S25 pada Januari 2025: Laporan