Home Dunia Gerbang Menuju Firdaus Ditutup — Isu-isu Global

Gerbang Menuju Firdaus Ditutup — Isu-isu Global

15
0
  • Pendapat oleh Rosi Orozco (Kota Meksiko)
  • Layanan Inter Press

MEXICO CITY, 28 Februari (IPS) – Pada tahun 2020, sebuah pengumuman bersejarah muncul dari Laporan Perdagangan Manusia Global, sebuah penilaian tahunan yang mengevaluasi eksploitasi manusia di 129 negara. Untuk pertama kalinya, dunia menyaksikan penurunan 13% dalam jumlah korban. Bagi kita yang berjuang melawan kejahatan keji ini, rasanya seolah-olah pintu surga telah terbuka—Eden di mana tidak ada manusia yang dijual.

Alasannya sangat jelas: penurunan bersejarah itu merupakan konsekuensi artifisial dari penguncian COVID-19. Kecuali mereka yang berkuasa mengatur krisis kesehatan lainnya, kita tidak akan pernah lagi melihat tokoh-tokoh yang menjanjikan dalam perang melawan eksploitasi seksual dan tenaga kerja.

Laporan global terbaru, yang diterbitkan beberapa minggu yang lalu, menegaskan bahwa pintu menuju surga semakin berat: pada tahun 2022, jumlah korban telah melonjak sebesar 22%. Afrika Sub-Sahara sekarang menempati urutan pertama dalam deteksi korban, diikuti oleh Amerika Utara. Untuk pertama kalinya, wilayah termiskin dan terkaya di dunia berbagi luka yang sama—bukti bahwa perdagangan manusia tidak menyisihkan siapa pun, memangsa orang miskin dan yang memiliki hak istimewa.

Dan bukan hanya jumlah korban yang meningkat—mereka semakin muda. Antara 2019 dan 2022, jumlah korban anak meningkat sebesar 31%. Seperti yang sering terjadi dalam perdagangan manusia, anak perempuan dan perempuan menderita konsekuensi terburuk.

Metastasis Perdagangan Manusia

Bagaimana kami menjelaskan ekspansi yang mengkhawatirkan ini?

Pertama, sebagian besar pemerintah tidak memiliki rencana darurat untuk mendukung mereka yang mengungsi akibat COVID-19. Pada saat pandemi berakhir, ribuan orang telah kehilangan pekerjaan atau rumah mereka. Dihadapkan dengan kesulitan ekonomi dan kurangnya tempat penampungan khusus, keputusasaan mendorong banyak orang ke dalam eksploitasi. Tak terhitung jumlahnya orang yang terpaksa mengungsi tidak hanya sekali, tetapi dua atau tiga kali—baik karena kekerasan di komunitas mereka atau faktor destabilisasi lainnya.

Kedua, analisis global terhadap 942 putusan pengadilan mengungkapkan kenyataan yang mengerikan: 74% pelaku perdagangan manusia tergabung dalam jaringan kejahatan terorganisir. Ini bukan penjahat tunggal tetapi kartel, geng, dan mafia yang beroperasi dengan efisiensi perusahaan atau pemerintah daerah, sehingga mereka hampir tidak mungkin untuk dibongkar. Hanya 26% pelaku perdagangan manusia yang bertindak secara independen, seperti orang tua yang kasar atau pasangan yang eksploitatif. Yang mengkhawatirkan, fenomena ini tumbuh setiap tahun.

Angka-angka tidak berbohong: tepat ketika kita berpikir upaya kita membuahkan hasil, kenyataan mengingatkan kita bahwa kita harus melipatgandakannya. Tahun ini, lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan setiap tangan dan hati yang tersedia untuk membuka kembali pintu surga impian itu. Jika kita gagal, itu mungkin akan ditutup selamanya—dan kita mungkin tidak akan pernah menemukan kunci untuk membebaskan para korban yang mengandalkan kita.

Bersatu Melawan Perdagangan Anak

Menanggapi situasi yang mengerikan ini, KTT Internasional ke-3 Melawan Perdagangan Manusia diadakan di Washington, DC, pada tahun 2024. Acara ini berlangsung di dua tempat terpenting untuk aksi politik dan diplomatik: Capitol Amerika Serikat dan gedung utama Organisasi Negara-negara Amerika (OAS). KTT ini mempertemukan legislator utama dan pemimpin global yang berkomitmen untuk memberantas perdagangan manusia.

Salah satu peserta yang paling terkenal adalah Tom Homan, mantan Direktur ICE dan otoritas terkemuka di bidang keamanan perbatasan, yang kehadirannya menggarisbawahi urgensi penguatan kerja sama internasional. Kami merayakan bahwa pria yang berdedikasi seperti itu sekarang telah ditunjuk sebagai Tsar Perbatasan. Kepemimpinan dan tekadnya sangat penting untuk menutup jaringan kriminal yang telah memperdagangkan dan menghilang ratusan ribu anak di perbatasan kita.

Partisipasi Homan dalam KTT dimungkinkan berkat Sara Carter, jurnalis investigasi terkenal, yang juga menjadi moderator panel ahli tentang keamanan perbatasan. Pengetahuannya yang mendalam tentang jaringan perdagangan manusia dan pelaporan langsung tentang krisis di perbatasan AS-Meksiko memberikan wawasan penting ke dalam diskusi tersebut.

Salah satu masalah paling mendesak yang dibahas pada KTT adalah jumlah anak-anak yang mengkhawatirkan yang menghilang di tangan pedagang di sepanjang perbatasan AS-Meksiko. Selama bertahun-tahun, jaringan kriminal telah mengeksploitasi kelemahanies di wilayah tersebut, mengambil keuntungan dari penderitaan puluhan ribu anak di bawah umur yang menghilang tanpa jejak.

Tindakan baru-baru ini oleh Amerika Serikat untuk memperkuat keamanan perbatasan menawarkan secercah harapan. Langkah-langkah yang ditujukan untuk menutup rute perdagangan manusia dan membongkar operasi kriminal adalah langkah ke arah yang benar. Baik untuk AS dan Meksiko, prioritas tertinggi harus jelas: ketika menyangkut anak-anak, tidak ada kompromi.

Perjuangan melawan perdagangan manusia masih jauh dari selesai, tetapi KTT seperti ini mengingatkan kita bahwa perubahan dimungkinkan ketika negara, pembuat kebijakan, dan masyarakat sipil bersatu dengan tujuan yang sama. Kita tidak bisa membiarkan pedagang terus membanting pintu di wajah kita. Saatnya untuk bertindak adalah sekarang.

Biro IPS PBB


Ikuti IPS News Biro PBB di Instagram

© Layanan Pers Inter (2025) — Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang. Sumber asli: Inter Press Service



Sumber