Penelitian baru yang meneliti data dari dua survei kosmik utama menunjukkan bahwa alam semesta mungkin telah berevolusi dengan cara yang lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya. Sebuah tim yang dipimpin oleh Joshua Kim dan Mathew Madhavacheril di University of Pennsylvania, bekerja sama dengan para peneliti dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley, menganalisis data dari Teleskop Kosmologi Atacama (ACT) dan Instrumen Spektroskopi Energi Gelap (DESI). Temuan mereka mengisyaratkan perbedaan kecil dalam distribusi struktur kosmik yang diharapkan, terutama dalam empat miliar tahun terakhir.
Pengamatan dan Temuan Kosmik
Menurut studi yang diterbitkan dalam Journal of Cosmology and Astroparticle Physics dan pada server pracetak arXiv, para peneliti menggabungkan data lensa latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) ACT dengan distribusi galaksi merah bercahaya (LRG) DESI. Pengamatan ACT memberikan wawasan tentang alam semesta awal, mengukur cahaya redup dari sekitar 380.000 tahun setelah Big Bang, sementara DESI memetakan distribusi tiga dimensi jutaan galaksi untuk memahami pembentukan struktur kosmik di zaman yang lebih baru.
Dengan melapisi kumpulan data ini, para peneliti menciptakan pandangan komprehensif tentang evolusi kosmik. Studi ini lebih lanjut menyoroti bahwa perbandingan mengungkapkan potensi penyimpangan dalam gumpalan materi yang diharapkan, diukur menggunakan Sigma 8 (σ8), metrik kunci untuk fluktuasi kepadatan. Nilai σ8 yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan bahwa struktur kosmik mungkin tidak terbentuk persis seperti yang diprediksi oleh model standar berdasarkan kondisi alam semesta awal.
Implikasi Potensial dan Penelitian Masa Depan
Dalam siaran pers resmi dari University of Pennsylvania, Mathew Madhavacheril, asisten profesor di University of Pennsylvania, mencatat bahwa meskipun hasilnya sebagian besar selaras dengan teori gravitasi Einstein, perbedaan kecil dalam gumpalan ini tetap menarik. Dia menekankan bahwa penyimpangan tersebut belum cukup signifikan secara statistik untuk mengkonfirmasi fisika baru tetapi memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Salah satu hipotesis yang sedang dipertimbangkan adalah pengaruh energi gelap, gaya yang mendorong ekspansi alam semesta yang semakin cepat, yang dapat berdampak pada pembentukan struktur kosmik secara berbeda dari yang diharapkan. Pengamatan masa depan dengan teleskop canggih, seperti Observatorium Simons, diharapkan dapat menyempurnakan pengukuran ini dan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang evolusi kosmik.
Para peneliti akan terus mengumpulkan data untuk menentukan apakah perbedaan ini adalah anomali atau tanda mekanisme yang mendasari yang belum diperhitungkan dalam model kosmologis saat ini.